Solo
atau secara resmi dikenal sebagai Surakarta ternyata telah dikenal dunia jauh
sebelum Indonesia merdeka. Banyak penulis / jurnalis luar negeri yang datang
berkunjung ke Surakarta sejak abad 19 karena tertarik dengan keunikan kota
terbesar kelima pada zaman kolonial ini. Yang menjadi pusat perhatian tentunya
pusat budaya dan pemerintahan saat itu, yaitu Keraton Kasunanan dan Pura
Mangkunegaran.
Solo sekarang lebih maju di bawah kepemimpinan walikota Joko
Widodo, bagi mereka yang sejak dulu telah tinggal di Solo atau pernah mengenyam
kehidupan di Solo, pasti bisa merasakan perbedaan jauh antara Solo dulu dan
sekarang. Kepemimpinan Joko Widodo tak lepas dari keteladanan para pemimpin
Solo zaman dulu yang telah membawa nama baik kota Solo ke tingkat
internasional. Adalah Susuhunan PB X (memerintah 1893-1939) dan Mangkunegoro
VII (memerintah 1916-1944) yang telah menjadikan Solo sebagai salah satu kota
internasional saat itu, bahkan, menurut Jokowi (panggilan akrab Joko Widodo),
Solo merupakan salah satu kota di Asia Tenggara dengan tata kota terbaik pada
awal abad 20. Jokowi pun menjadikan PB X dan MN VII sebagai teladan dalam
memimpin kotanya, sampai-sampai visi kota solo pun ditetapkan "Solo's
Future is Solo's Past", dimana Jokowi hendak membangun kembali kejayaan
Solo zaman dulu.
1.
Majalah LIFE Amerika edisi 7 Desember 1936 mengulas tentang perayaan ulang
tahun ke-72 Sunan Pakubuwono X.
Salah
satu dinasti tertua di dunia adalah dinasti keluarga raja Surakarta di Jawa
bagian tengah, Sultan Paku Buwono X, yang dikenal oleh 2.260.000 penduduk jawa
sebagai "sang bijak / ingkang wicaksana", darah ningratnya bermula
semenjak abad 8 masehi. Di bawah naungan ratu wilhelmina dari belanda, beliau
menguasai satu diantara dua kesultanan asli di tanah Belanda pada sisi dunia
yang lain. Petinggi di atasnya adalah residen M.J.J. Treur yang mana dipanggil
sebagai "saudara tua". Baru-baru ini, sang Sultan merayakan ulang
tahunnya yang ke-72 dan mengundang "saudara tua" untuk ikut
menghadiri pesta di istananya. Selain itu, yang ikut hadir adalah 4 istri
resminya, 11 istri tidak resmi, 44 putra putrinya, 88 cucunya, 20 cicitnya -
dan turut diundang pula fotografer pertama eropa yang diundang untuk meliput
pesta ulang tahun sang sultan. Berhubung Paku Buwono masih memegang teguh
tradisi istana Jawa - Melayu, seluruh 6000 abdi dalem, pegawai, prajurit,
pembantu, dan para selir istana diperindah untuk perayaan pesta tiga hari
tersebut.
Sembilan putri istana menarikan tari kuno jawa, bedoyo, di
hadapan sultan dan para hadirin.
Tamu undangan dan para putra sultan bersimpuh di hadapan
ayah mereka.
Perjanjian
tahun 1750 antara VOC dan Sultan Surakarta membagi kekayaan tanah kekuasaan seluas
2,408 meter persegi (seukuran delaware). Dengan demikian, istananya dipermewah
dengan kanopi sutra, lampu kristal, dan pegawai istana dengan lencana emas.
Karena sang paku buwono tertarik dengan barang-barang modern, Paku Buwono
"sang bijak" memiliki sebuah mobil amerika dan pesawat inggris.
Namun, karena jantungnya yang lemah, dokter pribadi kerajaann didikan paris
melarangnya untuk terbang, namun beliau tidak mematuhi anjuran dokternya.
Pakaian kepala pegawai istana dibuat dalam gaya culberston. Selain itu, beliau
juga mengoleksi medali penghargaan dari berbagai negara dunia. Separuh dari
negara dunia direpresentasikan dalam medali penghargaan pada jas velvetnya.
Musim semi yang lalu, beliau memprotes ke konsulat Amerika Serikat, Jenderal
Walter A. Foote karena amerika belum memberikannya penghargaan.
Para abdi dalem sultan telanjang kaki, berbalut bawahan kain
batik, dilarang berdiri di hadapan sultan. Jikalau mereka hendak pergi, mereka
harus merangkak dengan tetap bersimpuh.
Pada pesta jamuan makan malam, sang tuan rumah (memakai jas
fez) dan "saudara tua (dengan jas putih) menghadap kamera. Umur paku (72)
tertera pada vas bunga.
Berhubung sang Sultan menyukai parade, Belanda
mengizinkannya untuk memiliki kelompok prajurit kecil demi hasrat keindahannya.
Dari
artikel majalah life edisi 7 desember 1936 tersebut dapat disimpulkan bahwa :
PB
X itu sangat kaya
PB
X memiliki dokter pribadi dengan pendidikan dari Perancis (dr.Rajiman
Widyodiningrat kah yang dimaksud??)
PB
X memiliki mobil pribadi dari Amerika (PB X adalah pemilik mobil pertama di
Indonesia thn 1894 merk benz)
PB
X memiliki pesawat pribadi buatan Inggris
PB
X memiliki 6000 pembantu/abdi dalem/prajurit
PB
X memiliki tanda penghargaan/medali dari separuh lebih negara di dunia (saat itu)
Batik
sudah dikenal dunia saat itu.
2.
Majalah LIFE Amerika edisi 25 Januari 1937: Putri MN VII menari di Belanda
Ternyata
KGPAA Mangkunegoro VII beserta istrinya, Gusti Ratu Timur, dan putrinya, Gusti
Nurul, pernah dimuat juga dalam majalah bergengsi Amerika "LIFE"
edisi 25 Januari 1937. Majalah itu memberitakan pernikahan Putri Juliana dan
Pangeran Bernhard yang menghadirkan putri MN VIIi yaitu Gusti Nurul untuk
menari pada acara pernikahan mereka.
Gusti
Nurul berusia 15 tahun saat itu, dan merupakan putri yang pandai menunggang
kuda, berenang, dan bermain tenis, sehingga menjadi dambaan para tokoh nasional
seperti Sukarno. Konon, gamelannya (Kanjut Mesem) dibunyikan dari Pura
Mangkunegaran kemudian dipancarkan via radio SRV sampai ke Belanda saat
mengiringi Gusti Nurul menarikan tari Serimpi (mirip-mirip teleconference,
waktu itu itungannya udah canggih banget gan, asli modal pribumi). SRV
merupakan perintis stasiun radio pribumi di tanah air. Saat Gusti Mangkunegoro
ke Belanda, banyak jurnalis dari berbagai negara mewawancarai beliau, mereka
tertarik dengan keagungan budaya timur yang bernilai tinggi yang waktu itu
belum banyak dikenal masyarakat dunia. Selain itu mereka kagum akan sosok
Mangkunegoro VII (orang dari dunia timur) yang sangat cerdas.
Kepergian
MN VII juga diberitakan oleh koran Singapura 'The Straits Time', 13 Oktober
1936 halaman 19, bunyinya "The Mangkunegoro and The Ratu Timur of Solo
will go to Holland to Attend the Wedding of Princess Juliana and Prince
Bernard".
Solo,
baik Keraton Kasunanan maupun Mangkunegaran sebagai pemerintahan di Solo saat
itu, ikut berjuang bersama Sukarno mempertahankan NKRI. Bahkan, biaya
keberangkatan rombongan Indonesia menuju KMB dibiayai oleh Keraton dan
Mangkunegaran.
3.
Majalah LIFE tahun 1946 : JAVA REVOLT.
Tampak
BENDERA MERAH PUTIH di atas meja PB XII. Artikel tersebut juga dengan tegas
menyatakan 100% Jawa mendukung revolusi anti belanda dan perjuangan tersebut
didukung oleh dua kerajaan SURAKARTA dan YOGYAKARTA.
Ini
adalah saat Sukarno dan M Hatta berdiskusi dengan Mangkunegoro VIII di Pendopo
Pura Mangkunegaran.
4.
Majalah LIFE edisi 13 Februari 1950 : The New Nation of Indonesia.
Majalah
LIFE edisi 13 Februari 1950 (pasca KMB) secara ekslusif menampilkan keunikan
kehidupan di Indonesia dalam "The New Nation of Indonesia" sebanyak
14 halaman, dan Surakarta ikut diceritakan.
Atas
: penari Bali menarikan tarian yang diambil dari kisah Ramayana, banyak dari
tarian Indonesia yang diambil dari kisah Hindu tersebut
Tengah
: Tarian Istana untuk Sang Susuhunan Surakarta yang masih muda, tema tariannya
"menciptakan kesejahteraan"
Bawah
: Seorang kerabat Susuhunan Surakarta menarikan tarian dengan berperan sebagai
raja jahat diambil dari kisah Mahabarata.
Tarian
di Indonesia Anggun dan Unik, tarian di Bali dibandingkan Jawa lebih dinamis
dan cenderung menampilkan "kesurupan" roh jahat sementara tarian di
jawa lebih lembut dan lebih formal. Kedua macam tarian diiringi musik gong yang
indah dan para penarinya mengenakan kostum keemasan
Kiri
atas dan bawah : tarian di Bali dimana penarinya terhiopnotis untuk bertarung
dengan roh jahat
Kanan
: Putri Istana Surakarta menarikan tari Serimpi, sebuah mahakarya seni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar